Saturday, April 26, 2008

Wawancara

Wawancara:

Siang hari kami menemui Pak Tumiran di Gereja Bonaventura, Pulo Mas. Beliau telah bekerja selama 17 tahun di sana sebagai satpam. Pak Tumiran yang akrab disapa Pak Tum ialah seorang bapak yang ramah dan menyenangkan. Ketika diwawancara pun bapak kelahiran Boyolali, 14 November 1972 ini kerap bercanda dan menjawab pertanyaan kami dengan santai, membuat kami senang berbincang dengannya. Yang unik dari pak Tum ialah, meski bekerja untuk Gereja Katolik, ia ternyata beragama Islam. Ceritanya, beliau mendapatkan pekerjaan ini dengan bantuan seorang umat dari Gereja tersebut. Pada saat itu ia memutuskan untuk mencoba pekerjaan menjadi satpam di gereja. Pekerjaanya menjaga Wisma Pastoran Paroki Bonaventura dan mengontrol keaman tamu yang masuk ke gereja dan ke luar Gereja. Selain itu di saat misa ia juga menjaga mobil-mobil umat Gereja. Memang pekerjaannya terlihat biasa saja dan menjenuhkan, namun baginya pekerjaan itu yang membuatnya nyaman dan bahagia meski terkadang tidak lepas dari kejenuhan. Baginya semua yang ia lakukan ialah untuk melayani sesamanya dan mencari nafkah bagi keluarganya. Ia merasa nyaman berada di lingkungan Gereja karena didukung oleh orang-orang yang berada di sekitarnya yang membuat Pak Tum giat bekerja. Meski Pak Tum bekerja menjadi satpam bukan berarti ia bekerja seharian, ia bekerja di gereja hanya 6 jam dan sisanya merupakan waktunya berkumpul bersama keluarganya di rumah. Ia juga tidak lupa melaksanakan sholat 5 waktunya meski bekerja di gereja karena bagi Pak Tum hidup ini berasal dari Tuhan yang harus disyukuri.

Refleksi Ninis/4:

Etos kerja ialah suatu pedoman atau prinsip yang menjadi dasar atau motivasi seseorang melakukan atau mengerjakan sesuatu. Setiap orang tentunya memiliki etos kerja yang berbeda-beda menurut pemikiran dan pribadinya. Kebanyakan orang berpendapat bahwa bekerja asal berpenghasilan banyak dan menjadi kaya. Namun menurut saya yang terpenting dari bekerja ialah bahwa kita menikmatinya dan belajar dari pekerjaan kita. Seperti pak Tum, beliau bekerja sebagai satpam yang gajinya tidak besar, namun ia menikmati pekerjaannya dan juga belajar dari situ. Ia menikmatinya karena baginya pekerjaannya ialah untuk melayani sesama dan menolong orang lain. Ia juga banyak belajar selama 17 tahun menjadi satpam, yaitu bagaimana mensyukuri dan memaknai hidup meski dengan hidup yang sederhana.
Selain itu, saya juga sangat kagum karena meskipun pak Tum beragama Islam, beliau dapat bertahan bekerja di Gereja selama 17 tahun. Hal ini jelas-jelas menunjukkan bahwa beliau ialah orang yang tidak membeda-bedakan agama, seperti yang banyak orang lakukan sekarang ini. Beliau dapat membaur dengan sangat baik dengan umat Gereja tanpa melihat perbedaan agama. Beliau bahkan banyak belajar dari hubungannya dengan umat Gereja, ia belajar bahwa persaudaraan sejati membawa kedamaian yang menentramkan.
Kesimpulannya, seberapapun sederhana pekerjaan kita, seberapapun ’rendahnya’ pekerjaan kita di mata orang lain, asalkan halal dan kita nikmati, kita pasti mendapatkan banyak hal yang berguna. Dan yang paling penting ialah bahwa kita harus selalu menyertakan ajaran Tuhan dalam setiap pekerjaan kita, karena ajaranNya selalu baik dan menyejukkan jiwa.



Refleksi Meirna/15:

Etos kerja adalah sesuatu keyakinan seseorang yang mendasar sebagai panduan tingkah laku dalam hidupnya. Tiap manusia dalam bekerja memiliki tujuan yang berbeda-beda tapi yang paling utama biasanya untuk mencari nafkah dan kepuasan diri. Ternyata dibalik kepuasan diri tersebut tidak akan ada artinya apabila kita tidak menyertai Tuhan di dalam usaha kita di dalam bekerja.
Saya terkesan dengan Pak Tumiran yang memilih bekerja di Gereja meskipun beliau beragama islam atau seorang muslim. Ternyata kepercayaan agama tidak membuat halangan orang di dalam bekerja. Yang paling utama bagi Pak Tumiran adalah beliau dapat melayani umat-umat di gereja dengan tulus dan selalu menyayangi orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski beliau menjadi satpam namun Pak Tumiran memiliki waktu yang tidak kalah banyak bagi keluarganya. Ia tidak pernah lupa bersyukur kepada Tuhan apa yang telah beliau dapatkan, begitu juga dengan pekerjaan yang ia dapatkan sebagai satpam. Ternyata 17 tahun beliau dapat melewati kehidupannya bekerja sebagai satpam dan komentarnya ia sangat nyaman sekali bekerja di Gereja. Meski terkadang kehidupannya tidak lepas dari kejenuhan, tetapi ia selalu menyukuri apa yang telah ia miliki. Karena baginya bekerja merupakan rahmat yang Tuhan berikan kepadanya untuk dapat melayani sesamanya.
Di dalam hidup kita memang selalu mengharapkan yang lebih dan lebih terus, hingga terkadang kita menuntut Tuhan untuk memberikan kita pekerjaan yang lebih baik. Kita dapat mencontoh Pak Tumiran seorang satpam yang sederhana yang memaknai hidupnya dengan rasa syukur meski pekerjaannya biasa saja. Baginya bekerja melayani orang lain misalnya dengan menjaga posko, mobil-mobil umat yang diparkir, menjaga wisma gereja membuat hatinya bahagia ketika usaha dalam melaksanakan tugasnya membuat orang lain senang.
Maka dari itu kita sebagai manusia harusnya dapat menyukuri apapun pekerjaan yang kita dapatkan dan tentunya kita harus melkukan tugas kita secara maksimal agar apa yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain dan memberikan kebahagiaan bagi orang lain. Tapi semuanya itu tidak lepas dari kuasa Tuhan, maka dari itu kita juga harus melibatkan kuasa Tuhan dalam bekerja atau melakukan sesuatu. Bekerja juga merupakan rahmat yang kita terima dari Tuhan untuk dapat melakukan tugas kita di dunia untuk melayani sesama kita di dunia. Dengan mengulurkan tangan kita bagi siapapun yang membutuhkan pertolongan kita, berarti kita memaknai hidup dengan ajaran Tuhan.

No comments: