TUGAS RELIGIO
XI BAHASA
Dian (9)
Ivana (10)
Kelompok kami memutuskan untuk mewawancarai seorang instruktur pengemudi yang bekerja di Sekolah Mengemudi Mangga Besar (PT Persemija) yang bernama Bapak Sugeng. Berikut hasil wawancara kami:
Bapak Sugeng, sebenarnya sudah berapa lama ya bekerja sebagai instruktur pengemudi di sini?
Ya udah cukup lama sih. Saya udah enam tahun tuh kerja di sini.
Sebelum bekerja sebagai insruktur pengemudi, bapak bekerja sebagai apa?
Dulu saya sempat jadi guru kecil-kecilan di desa saya.
Wah, hebat dong. Bapak memang tadinya mengajar apa?
Matematika.
Oh, bapak memang aslinya tinggal di mana? Di dekat sini juga?
Oh nggak. Sebenarnya saya tinggal di daerah Jawa sana. Terpaksa saya harus nyari uang lebih banyak untuk keluarga saya, ya jadinya saya ke Jakarta.
Lalu apa yang membuat bapak memilih untuk bekerja sebagai instruktur pengemudi?
Sebenarnya saya nggak dibolehin sama istri saya untuk bekerja yang membuat saya terlalu capek. Ya akhirnya saya sempat jadi supir, tapi cuma sebentar. Enggak sampai satu tahun. Terus saya diberitahu sama teman saya supaya jadi instruktur mengemudi saja. Ya udah saya melamar di Persemija ini. Tapi Alhamdulillah saya diterima dan saya suka banget sama pekerjaan saya ini. Mungkin karena saya dulu sempat jadi guru kali ya, jadi saya masih senang dengan pekerjaannya yang ada mengajar-mengajarnya.
XI BAHASA
Dian (9)
Ivana (10)
Kelompok kami memutuskan untuk mewawancarai seorang instruktur pengemudi yang bekerja di Sekolah Mengemudi Mangga Besar (PT Persemija) yang bernama Bapak Sugeng. Berikut hasil wawancara kami:
Bapak Sugeng, sebenarnya sudah berapa lama ya bekerja sebagai instruktur pengemudi di sini?
Ya udah cukup lama sih. Saya udah enam tahun tuh kerja di sini.
Sebelum bekerja sebagai insruktur pengemudi, bapak bekerja sebagai apa?
Dulu saya sempat jadi guru kecil-kecilan di desa saya.
Wah, hebat dong. Bapak memang tadinya mengajar apa?
Matematika.
Oh, bapak memang aslinya tinggal di mana? Di dekat sini juga?
Oh nggak. Sebenarnya saya tinggal di daerah Jawa sana. Terpaksa saya harus nyari uang lebih banyak untuk keluarga saya, ya jadinya saya ke Jakarta.
Lalu apa yang membuat bapak memilih untuk bekerja sebagai instruktur pengemudi?
Sebenarnya saya nggak dibolehin sama istri saya untuk bekerja yang membuat saya terlalu capek. Ya akhirnya saya sempat jadi supir, tapi cuma sebentar. Enggak sampai satu tahun. Terus saya diberitahu sama teman saya supaya jadi instruktur mengemudi saja. Ya udah saya melamar di Persemija ini. Tapi Alhamdulillah saya diterima dan saya suka banget sama pekerjaan saya ini. Mungkin karena saya dulu sempat jadi guru kali ya, jadi saya masih senang dengan pekerjaannya yang ada mengajar-mengajarnya.
Terus kenapa bapak nggak jadi guru di sini lagi saja?
Ah, nggak ah. Kalau guru-guru di Jakarta kan pintar-pintar. Saya sih belum sampai seperti itu. Makanya saya nggak berani ngelamar jadi guru di Jakarta. Udah pasti nggak diterima, de. Hahahaha….
Tapi kalau boleh saya tahu, apakah gaji di sini cukup untuk membiayai keluarga bapak?
Oh cukup kok.
Lalu apakah bapak pernah mempunyai pikiran untuk ganti pekerjaan lain? Ada nggak pekerjaan yang sebenarnya bapak harap-harapkan dari dulu?
Kalau sekarang sih nggak ada. Kayaknya saya ingin bekerja seperti ini saja sudah cukup kok. Tapi dulu sempat saya punya pikiran mau bekerja jadi montir, tapi nggak jadi. Saya takutnya kalau saya ganti pekerjaan, terus ternyata pekerjaan saya yang baru nggak enak, kan susah balik lagi ke pekerjaan semula. Takut nggak keterima. Sekarang saya merasa jadi instruktur mobil udah enak kok, de. Udah senang.
Apakah harapan Bapak Sugeng selama bekerja di sini?
Inginnya sih gajinya saya naik. Jadi saya bisa kirim uang lebih banyak ke keluarga saya di Jawa.
(Ivana – XI Bahasa/10)
Seringkali saya berpikir seperti apakah kehidupan yang akan saya alami kelak saat dewasa nanti. Pekerjaan seperti apakah yang akan saya lakukan untuk mengisi masa depan saya. Apakah cita-cita yang saya miliki sekarang akan dapat saya capai, ataukah saya akan menjalani kehidupan/ karir yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.
Semakin lama saya semakin menyadari bahwa apapun jalan kehidupan yang sedang kita lalui harus kita lalui dengan bersungguh-sungguh. Dengan kata lain keseriusan kita dalam menentukan cita-cita kita harus ditunjukkan melalui keseriusan kita dalam melalui setiap tahap kehidupan kita, baik dalam menghadapi hal-hal yang telah kita duga sebelumnya maupun yang tidak disangka-sangka. Seperti yang ditunjukkan dalam wawancara di atas, maka kita harus mampu melakukan yang terbaik dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup yang senatiasa berubah-ubah. Kita harus selalu berkeyakinan bahwa Tuhan akan memberikan berkatnya apabila kita melakukan yang terbaik dengan tujuan yang baik pula.
Menurut saya, manusia tidak akan pernah mengetahui tujuan akhir kehidupannya dengan pasti, namun Tuhan senantiasa membekali kita dengan sebaik-baiknya dalam menempuh setiap jalan kehidupan. Oleh karena itu apapun yang nantinya menjadi tujuan hidup saya, bagi saya yang penting adalah bagaimana kita menempuh perjalanan dalam mencapai tujuan tersebut. Kebahagiaan hidup ada dalam perjalanan mencapai cita-cita kehidupan itu sendiri.
(Dian / 9)
Setelah saya melakukan wawancara kemarin, saya merasa bahwa saya harus lebih bisa menghargai hidup saya. Karena, saya yang bisa lebih dikatakan berkecukupan, setelah dibandingkan dengan orang-orang di luar sana, saya merasa bahwa saya harus bisa seperti mereka, lebih bisa bersyukur dan lebih bisa menerima apa yang sudah Tuhan berikan kepada saya, karena itulah saya bisa belajar mengenai kehidupan yang lebih sederhana dan dapat menghargai hidup.
No comments:
Post a Comment