Friday, April 25, 2008

Oong is the best!!







Laporan wawancara

Hari Kamis, 24 April 2008, saya dan Pingkan pergi ke Sekolah Santa Maria untuk mengerjakan tugas wawancara ini. Kami hendak mewawancarai pemilik warung indomie yang berjualan di depan sekolah. Pemilik warung itu sebenarnya bertiga, hubungan ketiganya adalah saudara kandung. Warung tersebut merupakan peninggalan ayah mereka. Sebenarnya mereke ada enam bersaudara, tetapi yang menjalankan warung tersebut hanya bertiga, yaitu Oong, Udin, dan Kiki. Kami berkesempatan untuk mewawancarai hanya salah satu dari mereka, yaitu Kiki. Kiki yang adalah anak kelima dari enam bersaudara itu. Saat kami temui, Kiki yang kelahiran Majalengka 22 desember 1982 sedang melayani salah atu pelanggannya. Kami memulai wawancara dengan menanyakan kenapa dia mau melakukan pekerjaan itu, ia menjawab bahwa sebenarnya keahlian dia hanya itu dan untuk meneruskan warung ayahnya. Ketika kami tanya suka dan duka berjualan seperti itu, awalnya ia menjawab “Nggak ada dukanya! Seneng terus!”, setelah kami tanya dengan lebih serius barulah ia menjawab bahwa sukanya adalah dia jadi punya banyak teman terutama dari anak-anak Santa Maria mulai dari TK sampai SMK atau bahkan anak asrama dan guru-gurunya. Sukanya lagi yang sudah pasti yaitu mendapat penghasilan untuk hidup. Sedangkan dukanya kalau ada yang ‘ngutang’ terus bayarnya lama. Orang-orang yang ‘ngutang’ biasanya adalah pelanggan yang hampir setiap hari makan disana, salah satunya adalah anak-anak sekolahan. Dukanya lagi adalah kangen keluarga di kampong. Walaupun mereka bertiga (Oong, Udin, Kiki) sering pulang kampung bergantian, tapi tetap saja Kiki masih suka merasa kangen keluarganya. Satu hal lagi yang tidak ia sukai di Jakarta adalah saat-saat banjir, “Ngerepotin!!” katanya. Bicara soal penghasilan, menurut Kiki penghasilannya berjualan indomie seperti itu sudah cukup. Yang dimaksud cukup adalah cukup untuk hidupnya dan keluarganya di kampung, cukup untuk membeli sawah di kampung, cukup untuk membeli motor, dan lain-lain. Lalu kami bertanya ,“Kalau suatu hari nanti penghasilannya udah nggak mencukupi untuk biaya hidup gimana?” dengan cepat Kiki menjawab ,”Waduh, jangan sampe deh. Amit-amit kalo sampe nggak cukup.”. Kiki sangat berharap hal itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan ketika kami memintanya untuk membayangkan kalau sampai hal itu terjadi, dia benar-benar tidak mau memikirkannya padahal kami meminta seperti itu hanya agar kami tahu apa yang akan dia lakukan kalau sampai hal itu terjadi. Lalu kami bertanya berapa kira-kira penghasilan mereka dalam sehari. Awalnya mereka tidak mau menjawab dengan alasan malu. Tapi akhirnya mereka mau memberitahu penghasilan kotor mereka sehari, menurut mereka penghasilan yang mereka dapat kira-kira Rp 700.000,00 per harinya. Dengan penghasilan itulah mereka hidup. Tetapi Kiki tetap tidak mau memberitahu penghasilan bersih mereka. Satu pertanyaan terakhir kami, “Bahagia nggak kerja begini?”, dengan mantap ia dan Udin yang sedang berada disana juga menjawab, “Bahagia banget lah!!”



Felicita XI Bah-o6
Pingkan XI Bah-18


Refleksi Pribadi
Setelah mewawancarai Kiki, saya jadi tahu hal-hal yang semula tidak saya ketahui tentang dia. Saya sudah kenal Oong bersaudara sejak SD sekitar kelas 3, yang selama ini saya tahu dari mereka hanya bahwa mereka berjualan indomie di depan Santa Maria sudah sejak lama dan merupakan warisan dari ayah mereka. Saya tidak pernah memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang saya tanyakan sewaktu wawancara yang lalu itu. Setelah wawancara itu saya baru tahu kalau mereka bisa berkecukupan hanya dengan berjualan indomie seperti itu. Saya sudah mengira bahwa penghasilan mereka berkecukupan untuk biaya hidup, tapi saya tidak tahu bahwa penghasilan mereka sudah cukup untuk membeli sawah dan lain-lain. Mungkin kalau nantinya mereka sudah tidak berjualan di Santa Maria lagi, mereka akan jadi petani dengan modal sawah yang sudah ada. Mendengar jawaban Kiki yang sangat optimis saat kami menanyakan apa yang akan dia lakukan kalau penghasilannya tidak mencukupi, saya jadi mulai berpikir bahwa ternyata salah satu faktor yang membuat hidupnya cukup dan bahagia adalah pikirannya yang selalu optimis dan positif. Saya tahu bahwa pemikirannya seperti itu dari cara mereka berjualan dan memberikan utang kepada pelanggannya. Mereka memberikan utang pada pelanggannya tanpa berpikir macam-macam dan tidak dengan muka yang tidak rela. Mereka memberi utang dengan muka yang sama seperti biasa dan hanya mengingatkan untuk membayar. Mereka bahkan terkadang tidak menagih hutang pelanggannya, walaupun menagih mereka melakukannya tidak dengan serius, seperti bercanda. Mungkin semua itu juga yang membuat para pelanggannya setia berlangganan disana. Salah satunya saya dan alumni-alumni Santa Maria yang lainnya. Bahkan kami yang sudah tidak sekolah di Santa Maria pun terkadang masih suka ‘ngutang’ dan mereka tetap meng-iya-kan walaupun kami jarang ke sana dan itu berarti entah kapan kami akan membayarnya. Mereka bertiga yang selalu berpikiran positif, sehingga apa yang mereka dapatkan positif juga. Pelanggannya yang berhutang selalu membayar, walaupun ada yang menumpuk hutangnya sampai lebih dari seratus ribu rupiah, lalu dia juga punya banyak kenalan, beberapa bahkan sering curhat karena merasa sudah dekat, ada seorang anak murid yang suka membiayai perbaikan warungnya karena tembok sampai kaca di warung itu sering ditulisi anak-anak Santa Maria sehingga perlu sering-sering dicat ulang.hampir semua yang ada di hidupnya yang selama ini saya kenal dan saya ketahui itu positif. Maka dari itulah dia selalu tampak bahagia dengan pekerjaannya sekarang. Dia selalu bersyukur atas apa yang dia dapatkan.


Felicita XI Bah-o6


Selama liburan ini, saya mendapat banyak tugas, salah satunya adalah pelajaran religiositas. Di pelajaran ini, saya ditugaskan untuk mewawancarai seorang pekerja yang berpenghasilan rendah atau yang berpenghasilan tinggi. Saya dan Feli dalam satu kelompok mewawancarai seorang pedagang makanan di depan sekolah Santa Maria. Dari hasil wawancara yang kami dapat, saya berpendapat bahwa, apapun pekerjaan yang anda lakukan, lakukanlah dengan senang hati, tetap optimis, walaupun uang yang di dapat tidak pasti setiap harinya. Dengan pekerjaan seperti ini, mereka masih tetap senang, bahkan mereka mendapat banyak teman-teman. Semua pekerjaan memang ada suka dan dukanya. Tidak semua pekerjaan yang kecil selalu banyak dukanya, kalau kita lakukan dengan senang hati, kita akan merasakan kesenangan tersendiri, dan nikmati saja pekerjaan yang anda lakukan. Semua beban akan terasa lebih ringan dan menjadi menyenangkan. Kita juga harus menghargai dan merasa puas dengan apa yang kita dapat, walaupun mungkin hasilnya tidak begitu besar, tetapi kita tetap bersyukur karena kita masih memperoleh hasil dengan kerja keras kita sendiri. Jadi, intinya, nikmatilah apa yang kamu lakukan.

Pingkan XI Bah/18

No comments: